Selasa, 22 November 2011

Sekeranjang Harapan


oleh : Syaiful Hadi, Mahasiswa Sekolah Guru Ekselensia Indonesia 


berbaris saat hendak masuk ke kelas
masyaAlloh...” inilah ucapan pertama di hatiku, tertegun saat pertama kali kaki ini melangkah masuk ke sebuah ruangan persegi panjang, di pojok kanan belakang sebuah sekolah, di bilangan parung, Bogor. Jauh dari bayanganku selama ini, yang kudatangi bukan sebuah ruangan yang luas, bersih, dan rapi apalagi berAC. Bukan pula berisi anak-anak yang kaya dan IQ di atas rata-rata. Semuanya hanya biasa-biasa saja, bahkan lebih banyak yang lebih rendah dari biasanya. Semua jauh api dari panggang. Ruangan sederhana ini memiliki kedua sisi yang berdinding tembok, sedangkan sisi belakang terdiri dari tiga jendela kaca dan satu pintu yang selalu terbuka, tidak ada daun pintunya. Aliran udara di kelas terbantu dengan adanya kipas angin dan ventilasi di atas ruangan, namun siang ini kipas angin tidak menyala, aku tidak tahu, apakah masih berfungsi atau sudah rusak. Ruangan kelas yang hanya berukuran 5 x 10 meter ini semakin menjadi sangat sempit karena di isi oleh 33 siswa. Sepintas ruangan ini lebih mirip dengan gudang yang telah disulap menjadi ruang kelas. Memprihatinkan.

Keprihatinan ini semakin bertambah ketika melihat ada siswa yang berdiri di meja dan bernyanyi layaknya artis ternama. Berteriak-teriak dan jingkrak-jingkrak. Hatiku ciut, nyaliku mengecil, hampir hilang. Beberapa kemungkinan muncul tiba-tiba di kepalaku, mungkinkah aku bisa menguasai kelas ini? Atau mungkin aku hanya akan dianggap sebagai tunggul dan tidak akan didengarkan sedikitpun?

Ya Alloh, beri hamba kemudahan..” terbersit dalam hatiku saat hendak melakukan proses belajar mengajar. Berharap Alloh memberikan kemudahan kepadaku agar mampu memanajemen kelas dengan baik.

bismillahirrohman nirrohim..

ehemm..” aku berdehem, memberi isyarat agar siswa bisa memberi perhatian dan fokus. Semua mata kini tertuju ke satu titik, aku. Kemudian mulailah aku mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan satu hari sebelumnya. Aku mengakui bahwa pelaksanaan pembelajaran di kelas banyak yang tidak sesuai dengan RPP, terutama pemakaian waktu dan target yang sudah ditetapkan. Melihat antusiasme siswa yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, aku menjadi lupa waktu yang disediakan, 35 menit. Begitupun siswa, mereka seakan lupa tentang kondisi ruangan yang sempit dan gerah. Lupa bahwa waktuku sudah habis. Tidak ada keluh kesah yang keluar dari mulut mereka. Wajah mereka tetap ceria, bersemangat menjemput masa depan dari ruangan sederhana ini.

Di ruangan sederhana itulah mereka mengukir pelangi kehidupan, meretas mimpi, menggapai cita dan harapan untuk masa depan yang jauh lebih bermakna. Menjadi anak-anak negeri yang berguna dan mampu berdiri di atas kaki sendiri. Mandiri dan tangguh. Berharap dari sarana yang memadai? mustahil. Sudah ada ruangan ini saja sudah sebuah hal yang subhanalloh. Atau berharap peningkatan pendidikan dari pengajar yang berkualitas? Mungkin, tapi pasti butuh waktu yang lama. Karena pengajar yang ada juga seadanya. Satu-satunya harapan adalah dari motivasi dan semangat yang bergejolak dalam dada diri masing-masing. Semangat inilah yang akan membedakan antara mereka dan mereka.

Seorang bijak pernah berkata “pada intinya manusia kalau bukan karena semangatnya, hanyalah seonggok daging dan darah saja”. Mereka adalah anak-anak yang dikarunia semangat yang tinggi. Anak-anak yang tidak peduli dengan keterbatasan yang ada, tidak peduli dengan kondisi ruangan yang sederhana dan seadanya. Semangat mereka akan membawa mereka melompati pagar lamunan kosong dan menerjang kesulitan-kesulitan. Aku yakin jiwa mereka tidak akan tenang dan hati mereka belum akan tentram sampai mereka meraih keinginannya dan memperoleh tujuannya. 

Semoga, semangat itu, tetap terjaga dalam dada mereka, sehingga tidak ada keluh kesah apalagi putus asa. Dari sinilah aku berharap akan terlahir generasi-generasi tangguh yang akan menjadikan Indonesia lebih berwibawa. Amin.

Sabtu, 19 November 2011

IMPERIUM III

adalah ide tentang bangsa-bangsa terunggul, dan manusia-manusia terbesar di dunia.
Pertama, bagaimana bangsa-bangsa terunggul di dunia diciptakan, sejarahnya, titik kebangkitannya, dan masa saat mereka menguasai dunia. Kedua, bagaimana manusia-manusia terunggul di dunia diciptakan, para pemimpin terbesar, orang-orang paling genius, serta pengusaha-pengusaha terkaya di dunia. Intinya adalah menemukan rahasia menciptakan peradaban dan manusia-manusia terunggul di dunia.

Kisahnya merentang sepanjang lebih dari 1 milenia, dari peradaban Islam sampai Superpower Amerika dan "keajaiban" ekonomi Jepang. Dari zaman jahiliyah sampai era information technology. Dari Nabi Muhammad sampai John F. Kennedy. Dari Leonardo da Vinci, Newton, sampai Einstein. Dari Rockeffeler sampai Bill Gates dan Jack Welch. Dari Mesin Cetak, sampai Wikipedia.

Ide ini dirangkai oleh Eko Laksono, bukan orang besar, hanya seorang manusia biasa, yang sedang belajar. Mungkin bila saya, Anda dan nanti banyak lagi orang mulai belajar, maka dunia akan berubah. Seperti peradaban-peradaban besar lainnya ketika mereka mulai belajar. Renaissance Italia, Revolusi Sains Inggris, Restorasi Meiji (Meiji Ishin) Jepang, dan tentu saja, Kebangkitan Nasional Indonesia 1908. Mungkin nanti, bila waktunya telah tiba, sesuatu yang besar akan terjadi lagi..

Rabu, 09 November 2011

...Mari Bermimpi...

sore hari ini dalam suasana mendung. mendung ini sudah sejak pagi. alhamdulillahnya walau hari ini mendung namun hati ini tidak mendung, bahkan cerah dan ceria. ditambah lagi dengan materi dari pak Zainal Umuri tentang Tuhan Inilah Proposal Hidupku. inspiratif, membuatku ingat akan cita-cita dan mimpi yang pernah sempat tertulis beberapa tahun yang lalu, namun entah kemana, raib. tinggal beberapa bagian mimpi yang masih ingat, dan ketika diminta menulis lagi, alhamdulillah ada beberapa mimpi yang sudah mulai nampak titik terangnya. semoga Alloh senantiasa memudahkan semua urusan kita. amin.

ternyata menulis semua harapan dan mimpi kita itu penting, agar kita terus ingat dan tidak salah menikung jika tikungan ada di depan kita nanti. penelitian yang pernah dilakukan Harvard Business School (1979 dan 1989) oleh Mark Mc. Cormark, menyimpulkan bahwa hanya ada 3% masyarakat yang punya rencana hidup yang jelas dan ditulis, 13% masyarakat yang punya rencana hidup yang jelas namun tidak ditulis, sedangkan sisanya 84% tidak memiliki rencana hidup yang jelas, hidup mengalir saja. untung kalo mengalir ke tempat yang benar, tempat yang baik, jika tidak, maka celakalah ia. hasilnya komunitas yang 13%, penghasilannya 2x kali lipat dari komunitas yang 84%, dan dahsyatnya komunitas yang 3% memiliki penghasilan 10x lebih banyak dari yang komunitas 97%. belum lagi kisah inspiratif mas Dananmg Ambar Prabowo, yang juga memulai dengan menuliskan seratus mimpinya di kertas. Ia memulai menulis mimpi sederhananya, tidak muluk-muluk, bisa masak nasi goreng. 

ada kata bijak yang bagus untuk direnungkan, pilih mana "gagal merencanakan atau merencanakan kegagalan?". sebenarnya aku juga bingung sih, hehehe... tapi sepertinya lebih baik kita gagal merencanakan, artinya kita sudah melakukan perencanaan. namun ketika rencana itu kita aplikasikan dalam kehidupan, tidak sesuai, rencana kita gagal. kita bisa melakukan evaluasi untuk melakukan perbaikan. sedangkan merencanakan kegagalan itu, bagiku ia tidak melakukan rencana sama sekali, maka nya gagal. whateverlah, intinya mah, rencana itu hal penting dan harus dilakukan dengan baik. 

nah, hari ini dapat ilmu, bahwa untuk menyusun rencana kehidupan kita, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan. 

1. kita semua adalah makhluk spesial, punya kelebihan yang luar biasa, dan jika itu dioptimalkan maka akan ada karya hebat yang mungkin akan melegenda.

2. tetapkan prestasi terbaik yang ingin anda raih (prestasi terbaik yang aku inginkan adalah  menjadi trainer nasional di bidang pendidikan dan memotivasi teman-teman yang unik (baca : cacat) sepertiku)

3. jadilah ahli (expert) di bidang yang kita inginkan. nah, untuk hal ini aku ingat sebuah teori yang disampaikan oleh teman selingkaranku, teori seribu jam. hanya dengan minimal seribu jam, maka barulah kita bisa menjadi ahli, maka berlatihlah setiap hari minimal 3 jam di bidang yang kita inginkan. jika ingin menjadi penulis, maka berlatihlah menulis setiap hari, jangan pikirkan bagus atau tidaknya, menulislah saja. begitu juga dengan yang lainnya. 

4. sempurnakan hidup kita mulai dari sekarang. menjadi lebih baik dari hari ke hari adalah sebuah kewajiban, begitulah, untuk meraih mimpi besar, maka kita harus menyempurnakan diri dengan membiasakan diri dengan sikap dan prilaku yang positif. 

5. sempurnakan lingkungan anda. teringat sebuah hadist "jika kita bergaul dengan penjual parfum, maka kita akan menjadi harum. sedangkan jika kita bergaul dengan pandai besi, maka kita akan bau asap". inilah mengapa kita perlu membuat lingkungan yang sempurna untuk menggapai impian kita. 

bermimpilah mulai dari sekarang, tuliskan, dan bekerja keraslah untuk menggapainya. mimpi kita memang besar, tapi Alloh kita jauh lebih besar dan maha dahsyat. Alloh akan menilai layak atau tidak mimpi itu terwujud pada diri kita.

Selasa, 08 November 2011

tikungan hidupku

memutuskan untuk jadi guru memang hal yang sangat dilemastis, guru yang saat ini dipandang sebelah mata dan susah dalam hal materi bukan sebuah pilihan ideal. tidak sedikit teman-teman yang heran dengan pilihan ini, "masa anak teknologi pangan kok jadi guru". ada juga yang mengatakan, "karena ga diterima kerja di mana-mana makanya jadi guru". ingin saya katakan kepada mereka "talk to my hand!!",hehe.. saya tidak peduli. biarkan mereka mau berkata apa, saya nyaman di sini, maka akan saya jalani maksimal. 

beginilah kehidupan, kita akan dihadapkan di persimpangan jalan dan harus memilih untuk menikung ke arah mana, terkadang tikungan yang kita pilih justru tidak sesuai dengan latar pendidikan kita, tidak sesuai dengan harapan orang tua, tidak sesuai dengan harapan teman-teman, dll. dan ketika kita sudah memilih tikungan yang akan kita lalui, maka kewajiban kita selanjutnya adalah melaksanakan kewajiban itu secara maksimal dan bertanggung jawab, bukan meratapi nasib dan menyesal berkepanjangan. kasihan tuh orang..

dan inilah pilihan hidup ku, masuk ke Sekolah Guru Ekselensia Indonesia, sebuah program dari makmal Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. sebuah sekolah yang mendidik sarjana-sarjana muda selama 6 bulan untuk kemudian dikirim ke daerah marginal, terluar, dan perbatasan. seperti zaman dahulu ketika banyak mahasiswa yang juga mengajarkan baca tulis kepada masyarakat daerah terpencil. hasilnya luar biasa. tujuan dari program ini adalah menciptakan guru yang berkarakter dan berjiwa pemimpin. selain menjadi guru, kami juga akan diarahkan untuk menjadi trainer guru, mengasikkan dan menantang sekali sepertinya. 

kini, sudah hampir 2 bulan saya di sini, di SGEI angkatan 3. berkumpul dengan 31 orang aneh dan 'abnormal'. abnormal, karena jarang sekali ada pemuda yang mau ikut ke program seperti ini, yang sudah tidak memikirkan dirinya lagi, sudah berani memikirkan orang lain dan berbuat sedikit yang bermanfaat. di saat pemuda-pemuda lain masih sibuk dengan hura-hura, bersenang-senang, kami malah di jejeli kuliah pendidikan yang padat, di tambah lagi program asrama yang sudah bisa dipastikan mengambil semua waktu luang kami. bahkan weekend yang ingin kami gunakan untuk sekedar bersantai, terkadang harus hangus hilang karena ada acara insidental. menyesal?? ingin menyerah?? saya yakin dengan sangat, kami akan katakan dengan tegas "TIDAK!!! KAMI TIDAK AKAN MENYERAH"

saya sangat senang dan bersyukur berada di sini, berkumpul dengan 31 pemuda luar biasa dari 11 kota di Indonesia. semoga kalian juga tidak menyesal mengenal ku. 

have a great life!!