Jumat, 08 Juli 2011

Allohuakbar, aku ditolak!!


Hidup itu pilihan, iya kan? Ketika bangun pagi-pagi kita sudah dihadapkan oleh dua pilihan, segera bangun dan segera sholat shubuh atau tarik selimut dan melanjutkan ‘merangkai mimpi’ yang belum tuntas? Ketika kita sudah bangun dan akan sholat, kita juga akan dihadapkan oleh pilihan berikutnya, sholat di masjid atau di kamar saja.. begitulah sepanjang hidup kita, semua adalah pilihan. Maka hidup adalah seni memilih pilihan yang bijak dan tepat.

Begitulah, ketika aku memilih untuk menggenapkan agama tanpa melalui ritual pacaran, itu juga pilihan. Mungkin banyak orang yang menganggap aneh, bahkan keluargaku sendiri juga mempertanyakan,

“emang bisa langgeng begitu pul?”

“kan kalian belum saling kenal?”

“rumah tangga itu untuk selamanya lho, jadi kenali dulu calonnya, pacaran dulu aja beberapa bulan, biar kenal..”

Dan bla.. bla.. bla..

Tapi untungnya aku selalu bisa meyakinkan seluruh keluarga dan kemudian meridhoi dan meminta ku melanjutkan langkah berikutnya.

“silahkan akh buat biodata antum” kata Murobi ku (guru ngaji).

“iya ustadz, dan kalau bisa coba dengan akhwat ini ya ustadz” aku memang menyodorkan nama ke ustadz ku, bukan karena aku sangat mencintainya, bukan! Bukan pula karena sudah berinteraksi sering, bukan! Bahkan no HP nya saja aku tak punya, sengaja aku hapus. Aku hanya mencoba, dan aku yakin aku bisa mencintainya (nanti).

Setelah ini, hanya akan ada dua kemungkinan, diterima atau ditolak, just it! Nothing else..

Mulailah ritual menunggu dilakukan, diiringi dengan doa, dan lainnya. Dan nyaris dua bulan tanpa jawaban dan kepastian. Ternyata menunggu itu memang membosankan, trust me!!

“mungkin memang berat mengatakan iya untuk ajakan menikah dari orang seperti ku” pikirku dalam hati.

“bukan akh, mungkin ia susah menolak ajakan menikah dari orang seperti antum..” hibur seorang kawan.

Dan hingga suatu malam, dengan segenap keberanian akhirnya aku mengirim sebuah pesan singkat kepada Ustadz ku,

“afwan ustadz, proses ane bagaimana kabarnya ya?”

“oh afwan akh syaiful, sebenarnya jawabannya udah ada sejak minggu kemarin, Cuma saya lupa menyampaikan, jadi akhwatnya belum bisa menerima ajakan menikah dari antum”

Gubrak!! Lupa?? Ah ada2 saja.. tuhkan ditolak..

Sedih? Ya iyalah, walau aku juga ga ngerti kenapa mesti sedih.. dan malam itu juga aku matikan HP ku, 
“sedang tidak ingin di ganggu!!”

Beberapa hari berikutnya, aku mendapatkan beberapa alasan kenapa aku di tolak.. ah tidak apa-apa deh.. aku membenarkan saja semuanya. Itung-itung sebagai bahan perbaikan. Dan setidaknya aku sudah mencoba, kalau di terima, Alhamdulillah.. kalau di tolak, Allahuakbar!! Dan dua kalimat itu (Alhamdulillah dan Allohuakbar) adalah kebaikan, dua-duanya adalah kalimat thoyyibah.
*****

Kita memandang seseorang pasti menggunakan sudut pandang yang berbeda-beda, ada yang suka dan ada yang tidak, wajar. Benarlah kata Aa’ Gym, “membuat SEMUA ORANG  menyukai kita adalah mustahil, maka sisakan ruang hati untuk selalu menerima tindakan buruk dan kritik dari orang lain”. Jangan menjadi kecil hanya karena kritikan dan penilaian seseorang, tetaplah berkarya!

Akhwat tadi menolak karena memandang ku dari satu sisi yang bagi dia itulah sisi yang tepat buat menilai seseorang, namun ada juga orang yang memandangku dari sisi lain lagi yang berbeda, dan tentu saja akan memberi penilaian berbeda untukku.

Kata Alloh “…wanita yang baik adalah untuk laki-laki baik-baik …” (QS An Nur ayat 26). Dan sekarang aku di tolak, maka aku lah yang belum baik, maka yuk memperbaiki diri.

2 komentar: